Sepertiga akhir bulan April 2009, saya bersama tim (alumni kehutanan USU, dan mahasiswa tingkat akhir Departemen Kehutanan USU) beserta staf BKSDA Seksi Singkil dan masyarakat lokal melakukan survey di Suaka Margasatwa Rawa Singkil (SMRS). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui simpanan karbon baik pada tegakan hutan, maupun dalam gambut yang hampir menutupi 95% suaka margasatwa tersebut. Selain hutan rawa gambut, pada SMRS juga dijumpai hutan mangrove, rawa nipah, dan hutan pantai.
Berbagai hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa hutan rawa gambut di SMRS merupakan habitat bagi berbagai satwa langka yang hampir punah, seperti orangutan Sumatera, harimau Sumatera dan gajah Sumatera serta berbagai satwa liar lainnya. Hutan rawa gambut tersebut juga menyediakan berbagai jenis ikan yang dapat dikonsumsi masyarakat. Selain itu, hutan pada SMRS juga menjadi pelindung dari angin badai, dan bencana tsunami yang terjadi di akhir tahun 2004 lalu.
Sebelum memasuki kawasan SMRS, peneliti harus mendapatkan izin dan BKSDA setempat dan selama di lapangan didampingi oleh staf BKSDA. Untuk memasuki kawasan SMRS dapat melalui Singkil, Rundeng maupun Trumon.
Sebagian besar kawasan SMRS berbatasan dengan Sungai Alas di bagian Selatan dan Timur dan dengan Sumadera Indonesia di bagian Barat. Pemandangan bentang alam yang sangat indah tersaji saat menyusuri Sungai Alas dari pelabuhan boat di Kilangan, Singkil.
Boat merupakan alat transportasi utama untuk menjelajahi SMRS mengingat hampir sebagian besar kawasannya berupa hutan rawa gambut, dan hutan mangrove serta hutan pantai yang langsung berbatasan dengan lautan lepas.
Hutan pantai di bagian barat kawasan berperan penting dalam melindungi kawasan di belakangnya dari angin badai dari laut dan gelombang tsunami, seperti yang terjadi pada tsunami 26 Desember 2004 akibat gempa besar yang berpusat dekat Pulau Seumeulu, dan 28 Maret 2005 akibat gempa besar yang berpusat dekat Pulau Nias.
Sebagian kecil masyarakat lokal Kuala Baru, Singkil mengumpulkan kayu bakar dari pohon cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang tumbang atau sudah tua di lahan milik mereka di luar kawasan SMRS. Perkampungan Kuala Baru terletak di bagian barat SMRS dan langsung berbatasan dengan Samudra Indonesia.
Pengukuran diameter pohon merupakan salah satu kegiatan untuk menduga simpanan karbon dalam tegakan hutan dengan menggunakan persamaan alometrik.
Pengukuran kedalaman gambut dengan bor gambut dan pengambilan contoh tanah dengan ring sampler merupakan salah satu kegiatan lapangan untuk pendugaan karbon yang tersimpan dalam tanah.
Sebagian besar sungai-sungai di dalam hutan rawa gambut SMRS hampir ditutupi oleh tumbuhan air yang disebut dengan bakung-bakung. Sungai tersebut sebelum memiliki lebar antara 50-100 m dengan kedalaman mencapai 10 m. Berbagai jenis ikan hidup di bawah tumbuhan bakung-bakung tersebut.
Akibat gempa besar di akhir tahun 2004 dan akhir bulan Maret 2005, tanah di bagian barat SMRS turus sekitar 1,0-2,0 m. Hal ini menyebabkan seringnya pasang air laut merendam permukiman penduduk. Sebelum kejadian gempa tersebut, rumah-rumah tersebut umumnya minimal berada 1 m dari air pasang tertinggi. Selain itu, turunnya tanah tersebut diduga memicu kematian massal pohon brembang (Sonneratia caseolaris) dan beberapa jenis lainnya di hutan mangrove dan hutan rawa gambut sebagai akibat lanjutan dari semakin lama, semakin sering dan semakin tingginya air pasang menerpa lahan tersebut.
Salah satu artikel berjudul The Earthquake and Tsunami Impact on Coastal Forests, Mangrove Forests and Nipah Swamp Vegetation in Aceh Singkil, Northern Sumatra, Indonesia akan penulis sampaikan pada the South China Sea Tsunami Workshop 3 (SCSTW3). Workshop tsb akan berlangsung pada 03-05 November 2009 at Eureka Complex, Minden Main Campus, USM Penang, Malaysia.
Berbagai tipe hutan di SMRS berperan penting dalam menyediakan jasa lingkungan, misalnya gudang simpanan karbon yang penting dalam upaya mencegah pemanasan global, melindungi daerah di belakangnya dari terjangan angin badai dan gelombang tsunami, habitat bagi berbagai satwa liar yang hampir punah, pencegah banjir dan sekalian menjaga ketersediaan air tanah serta mencegah intrusi air laut. Lahan basah berupa rawa gambut dan hutan mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat lokal. Selian itu, jatuhan serasah hutan rawa gambut dan hutan mangrove akan selalu mengalirkan berbagai bahan makanan bagi perikanan pesisir pantai.
Save the tropical peat swamp forests in Rawa Singkil Sanctuary.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Conservation International Indonesia, khususnya kpd Ykh Ibu Saodah, Bung Farid dan Bung Erwin atas diskusi dan kerjasamanya serta dukungan dana dalam survey ini. Terima kasih yang besar kami sampaikan kpd Bpk Nurdin, M.Si atas kerjasamanya, kpd ibu Dr Deni atas diskusi dan bantuan dalam analisis tanah. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pimpinan dan staf BKSDA Seksi Singkil atas izin dan pendampingan selama di lapangan. Selanjutnya kepada mahasiswa tingkat akhir dan alumni kehutanan USU, seperti Sdr Sanusi, Sdr Ari, Sdr Zainal dan Sdr Stanly atas bantuan dalam survey lapangan. Terima kasih yang tinggi kami sampaikan kepada yang kami hormati Panglima Hutan wilayah Singkil sampai Buluh Seuma, Bapak Rusli atas bantuan dan bimbingan bagi tim survey selama survey di lapangan kami sampaikan terima kasih. Terima kasih juga kami sampaikan kepada masyarakat di sekitar SMRS, nakhkoda boat: bapak Mahmud dan bapak Haji atas bantuan dalam pelaksanaan survey di lapangan.
Onrizal
Read Full Post »